BEBERAPA KEKELIRUAN
SEPUTAR
LAILATUL QADAR
Lailatul Qadar adalah malam yang teramat agung
dalam hati kaum Mukminin. Malam yang sangat ditunggu kehadirannya demi menambah
bekal menghadap Ilahi. Sehingga seakan tidak masuk akal, ada sebagian kaum
Muslimin yang sengaja melakukan kesalahan-kesalahan di malam itu. Namun kenapa
kekeliruan-kekeliruan itu sering dan terjadi dan berulang? Tuduhan sengaja
pasti ditampik oleh para pelaku. Lalu kenapa? Faktor ketidaktahuan serta
semangat yang tidak terarah sering menjadi pemicunya. Oleh karenanya, kami
sajikan sebuah karya tulis berisi beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh
sebagian kaum Muslimin berkaitan dengan Lailatul Qadar. Makalah ini, kami
terjemahkan dari al-Ashalah, Edisi 3/15 Sya’ban 1413 H hlm. 76-78.
Semoga bermanf aat dan menjadi pengingat bagi kami serta segenap kaum Muslimin.
(Redaksi).
Banyak kesalahan-kesalahan dan
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin dalam
masalah puasa dan shalat tarawih; baik dalam masalah keyakinan, hukum atau
praktek. Diantara kesalahan ini, ada yang khusus berkaitan dengan lailatul
qadar. Kesalahan ini kami bagi menjadi dua bagian.
Pertama. Salah duga dan keyakinan.
Misalnya:
1. Keyakinan sebagian orang, bahwa lailatul
qadar itu memiliki beberapa tanda yang dapat dilihat oleh sebagian orang.
Lalu mereka ini merangkai cerita-cerita khurafat dan khayalan. Mereka mengaku
melihat cahaya dari langit atau dibukakan pintu langit dan lain sebagainya.
Ibnu Hajar رحمه الله dalam Fathul Bari 4/266, menyebutkan
bahwa hikmah disembunyikannya lailatul qadar, ialah agar ada upaya keras
untuk mencarinya. Berbeda jika lailatul qadar tersebut ditentukan, maka
mereka akan bersungguh-sungguh hanya pada malam itu saja." Kemudian Ibnu
Hajar رحمه الله
menukil pendapat Imam ath-Thabari رحمه الله yang memilih pendapat yang menyatakan
bahwa semua tanda itu bukan merupakan sebuah keharusan. Kehadiran lailatul
qadar tidak mesti ditandai dengan melihat atau mendengar sesuatu.
Ath-Thabari رحمه الله
mengatakan, "Dalam hal dirahasiakannya lailatul qadar, terdapat
bukti kebohongan orang yang beranggapan, bahwa pada malam itu mata akan melihat
sesuatu yang tidak pernah terlihat sepanjang tahun. Jika pernyataan itu benar,
tentu lailatul qadar itu akan tampak bagi setiap orang yang menghidupkan
malam-malam selama setahun, utamanya malam-malam Ramadhan."
2. Perkataan sebagian orang, bahwa lailatul
qadar itu sudah diangkat (sudah tidak ada lagi, pent).
Al-Mutawalli, seorang tokoh madzhab Syafi'i dalam kitab at-Tatimmah
telah menceritakan pernyataan itu dari kaum Rafidhah (Syi'ah). Sementara al
Fakihani dalam Syarhul Umdah telah menceritakan, bahwasanya pendapat ini
berasal dari madzhab Hanafiyah. Ini adalah sebuah kesalahan fatal. Pendapat ini
berangkat dari salah memahami sabda Rasulullah m , ketika ada dua orang yang
saling mengutuk pada lailatul qadar:
إِنَّهَا رُفِعَتْ
“Sesungguhnya lailatul qadar itu
sudah terangkat”
Menjadikan kalimat ini sebagai dalil
yang menunjukkan lailatul Qadar itu sudah terangkat, terbantah dari dua segi:
a. Para ulama mengatakan, bahwa yang
dimaksud dengan "terangkat", yaitu terangkat dari hatiku,
sehingga aku lupa waktu pastinya; karena sibuk dengan dua orang yang bertengkar
ini. Ada juga yang mengatakan bahwa maksud "terangkat", dalam hadits
itu adalah barakahnya diangkat (dihapus) pada tahun itu, bukan lailatul qadarnya
yang diangkat. Ini ditunjukkan oleh hadits yang dikeluarkan oleh Abdur Razaq رحمه الله dalam Mushannaf-nya 4/252, dari
Abdullah bin Yahnus, dia berkata: “Aku berkata kepada Abu Hurairah صلى الله عليه وسلم , 'Mereka menyangka, bahwa lailatul qadar
sudah diangkaf," Abu Hurairah صلى الله عليه وسلم
berkata: 'Orang yang mengatakannya itu telah berbuat bohong.
b. Keumuman hadits yang berisi motivasi
untuk menghidupkan lailatul qadar dan juga yang berisi penjelasan tentang
keutamaannya. Seperti hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari رحمه الله dan lainnya, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda :
مَنْ قَامَ لَيْلَة القَدرِ أِعيمَا نًا واحتسَابًا
غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّّّمَ مِنْ ذَنْبهِ
“Barangsiapa yang shalat pada
lailatul qadar karena iman dan karena mengharapkan pahala, maka dia diampuni
dosanya yang telah lewat.”
Imam
Nawawi رحمه الله
mengatakan: “Ketahuilah, bahwa lailatul qadar itu ada. Dan lailalatul qadar itu
terlihat, telah dibuktikan oleh manusia yang dikehendaki Allah عزّوجلّ
setiap tahun pada bulan Ramadhan, sebagaimana telah jelas melalui
hadits-hadits ini, dan melalui berita-berita orang shalih. Bukti bahwa oran
g-orang shalih itu melihat sangat banyak, tidak bisa dihitung."
Saya
(Syaikh Masyhur) mengatakan: Ya, ada kemungkinan lailatul qadar itu bisa
diketahui. Banyak tanda yang telah dipaparkan oleh Nabi صلى الله عليه وسلم yang menunjukkan bahwa lailatul qadar itu
adalah salah satu malam diantara malam-malam bulan Ramadhan. Mungkin ini yang
maksud perkataan Aisyah رضي الله عنها dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Tirmidzi, dan beliau menshahihkannya:
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّّهِ أَرَأَيْت أِنْ عَلِمْتُ
أَيَّّ لَيْلةُ الْقَدْر مَا أَقُو لُ فِيهَا
“Aku berkata: 'Wahai Rasulullah,
jika aku mengetahui malam itu (sebagai) lailatul qadar, apa yang kuucapkan pada
malam itu ?".
Dalam
hadits ini -sebagaimana dikatakan Imam Syaukani رحمه الله dalam Nailul Author, 3/303-
terdapat dalil yang menunjukkan bahwa ada kemungkinan lailatul qadar itu bisa
diketahui dan (juga dalil yang menunjukkan, pent.) lailatul Qadar
itu tetap ada."
Az-Zurqani
رحمه الله
dalam syarah Muwaththa' 2/491 mengatakan, "Barangsiapa yang
menyangka, bahwa kalimat rufi'at dalam hadits di atas bermakna
keberadaan lailatul qadar sudah diangkat, berarti dia keliru. Jika benar
seperti itu, tentulah kaum Muslimin tidak akan diperintahkan untuk mencarinya.
Ini dikuatkan dengan kelanjutan hadits:
عَسَى أَنْ يَكُوْنَ خَيْرًا لَكمْ
Semoga (dirahasiakannya waktu
lailatul qadar itu, pent.)[1]
menjadi lebih baik bagi kalian.
Karena dengan dirahasiakan waktu lailatul qadar itu, menyebabkan manusia
tertuntut untuk melaksanakan qiydmul lail selama satu bulan penuh, berbeda jika
waktu pastinya masih diketahui dengan jelas."
Kesimpulannya, lailatul qadar itu masih tetap ada
sampai hari Kiamat. Sekalipun waktu kejadiannya tidak bisa dipastikan. Meski
pendapat yang rajih (terkuat) menyatakan bahwa lailatul qadar ada pada sepuluh
malam terakhir bulan Ramadhan dan dalil-dalil juga menguatkan bahwa dia ada
pada malam keduapuluh tujuh, namun memastikannya dengan penuh keyakinan
merupakan perkara sulit. Allahu a'lam.
Kedua. Kesalahan-kesalahan dalam amal
perbuatan dan tingkah laku.
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan
manusia pada lailatul qadar itu banyak sekali, jarang yang bisa selamat,
kecuali yang dipelihara Allah. Diantaranya kesalahan-kesalahan itu:
1.
Sibuk
mencari dan menyelidiki keberadaannya. Sibuk mengamati tanda-tanda lailatul
qadar, sehingga meninggalkan ibadah ataupun perbuatan taat pada malam itu.
Betapa banyak orang-orang lupa membaca al-Qur'an, dzikr dan lupa mencari ilmu
karena sibuk mengamati tanda-tanda lailatul Qadr. Menjelang matahari terbit,
terkadang kita dapati ada yang sibuk memperhatikan dan mengamati matahari untuk
mencari tahu, apakah sinar matahari pagi ini terik ataukah tidak? Mestinya,
orang-orang ini memperhatikan pesan Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam sabda beliau صلى الله عليه وسلم:
عَسَى أَنْ يَكُوْنَ خَيْرًا لَكمْ
“Semoga (dirahasiakannya waktu
lailatul qadar itu, pent.) menjadi lebih baik bagi kalian.”
Dalam
hadits ini terdapat isyarat, bahwa malam itu tidak ditentukan waktu pastinya.
Dari sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم
ini, para Ulama menyimpulkan bahwa dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu
lebih baik. Mereka mengatakan, "Hikmahnya, agar manusia bersungguh-sungguh
dan memperbanyak amal pada seluruh malam dengan harapan ada yang bertepatan
dengan lailatul qadar. Berbeda jika lailatul qadar itu telah dipastikan
waktunya, maka tentu kesungguhan dalam beramal hanya akan ada dan dipompa pada
satu malam itu saja. Akibatnya, kesempatan beribadah pada malam-malam lainnya akan
berlalu begitu saja atau minimal amal ibadahnya menurun. Bahkan sebagian Ulama
mengambil satu faidah dari sabda Nabi صلى الله عليه وسلم diatas, yaitu sebaiknya orang yang
mengetahui lailatul qadar itu menyembunyikannya karena Allah عزّوجلّ telah mentaqdirkan pada Nabi-Nya صلى الله عليه وسلم untuk tidak memberitakannya. Dan semua
kebaikan ada pada sesuatu yang telah ditaqdirkan bagi Nabi صلى الله عليه وسلم . Sehingga kita disunnahkan untuk
mengikutinya.
Dari
uraian di atas, dapat diketahui kekeliruan sebagian orang yang giat beribadah,
khususnya qiyamul lail, atau ibadah secara umum pada malam ke duapuluh
tujuh, dengan memastikan atau seakan memastikan, malam itu adalah lailatul
qadar. Selanjutnya mereka meninggalkan qiyamul lail dan tidak lagi bersungguh-sungguh
dalam melakukan ketaatan pada malam-malam lainnya, karena mengira dengan
menghidupkan malam ini (malam duapuluh tujuh, pent), mereka telah
mendapatkan pahala ibadah yang lebih baik dari ibadah seribu bulan. Persepsi
yang keliru ini menggiring banyak orang untuk berlebih-lebihan dalam melakukan
ketaatan pada malam ini. Diantara mereka ada yang tidak tidur, bahkan tidak
henti-hentinya shalat disamping memaksakan diri tidak tidur. Ada juga yang
shalat dan memperpanjang waktu berdirinya, padahal sedang berjuang keras
melawan kantuk, sehingga ada diantara mereka ada yang tertidur dalam sujudnya.
Dalam kasus ini, satu sisi merupakan pelanggaran terhadap petunjuk Rasulullah
jjfg yang melarang kita melakukan hal itu. Pada sisi lainnya, itu merupakan
beban dan belenggu yang telah dihilangkan dari kita -berkat karunia dan nikmatNya
عزّوجلّ.
2.
Diantara
kesalahan sebagian kaum Muslimin pada malam ini, yaitu sibuk mengatur acara,
menyampaikan ceramah. Sebagian lagi sibuk dengan nasyid-nasyid dan nyanyian
puji-pujian, sehingga meninggalkan perbuatan taat. Anda bisa saksikan, ada
orang yang begitu bersemangat, berkeliling ke masjid-masjid dengan menyampaikan
berita terkini, serta bagaimana upaya pemecahannya. Itu dilakukan hingga
menyebabkan pemanfaatan malam itu tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan
syariat.
3.
Diantara
kekeliaruan sebagian kaum Muslimin yaitu mengerjakan ibadah khusus pada malam
itu seperti shalat khusus lailatul qadar. Sebagian lagi senantiasa mengerjakan
shalat Tasbih secara berjama'ah padahal tidak ada dalilnya.
Sebagian
lagi melaksanakan shalat hifzhul Qur'an, padahal tidak ada dasarnya.
Pelanggaran-pelanggaran dan
kekeliruan yang berkaitan dengan lailatul qadar -yang dilakukan oleh sebagian
kaum Muslimin- sangat banyak dan beragam. Kalau kita teliti dan bahas tuntas,
tentu pembicaraan ini akan menjadi panjang. Apa yang kami sampaikan di sini,
baru sebagian kecil saja, semoga bermanfaat bagi penuntut ilmu, pendamba
kebenaran dan pencari al haq.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar